Diketahui saat ini harga batu bara semakin ambruk di pasar international, membuat sejumlah trader menjadi khawatir dengan lonjakan keuntungannya. Informasi mengenai harga batu bara kontrak bulan Juni di Pasar ICE Newcastle akan ditutup pada posisi US$ 140,5 per ton.
Tentu saja, adanya himbauan informasi tersebut membuat sejumlah perusahaan menjadi gelisah akan nasib ke depannya. Saat ini memang banyak sekali perdagangan dalam sektor aset terbilang aktif naik turun setiap harinya.
Penurunan harga atau untung suatu aset tetap mempunyai beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Salah satunya bagaimana permintaan pasokan global dalam hal pertumbuhan ekonominya.
Kemudian juga, bisa terjadi dari sektor pasokan asetnya dari produksi produsennya ketika meningkat akan semakin menekan harga. Bahkan, pasokan juga dapat melemah apabila faktor cuaca, kebijakan pemerintah mampu mempengaruhinya. Paling utamanya, ketidakstabilan segi ekonomi, politik dapat mempengaruhi harganya.
Ambruknya Harga Batu Bara Membuat Khawatir
Selain faktor yang mungkin bisa Anda analisis dengan baik, memahami bahwa batu bara harganya sangat fluktuatif. Kondisi fluktuatif ini membuat siapa saja sulit memprediksinya dengan akurat sekalipun. Maka, pada saat kemarin pukul 09:24 WIB (25/05/2023) membuat sejumlah 216 saham batu bara di RI melemah.
Pelemahan tersebut sampai pada tingkat 14 % selama tiga hari membuat panjang negatif pasar hitam. Bahkan, jika menghitungnya dari awal tahun saja sudah ambles sekitar 63,9% daripada harga tertingginya pada bulan September tahun 2022 sekitar US$ 463,75.
Kondisi tersebut sudah menjelaskan harga pasir hitam ambles sebesar 69,7 % turunnya sangat jauh. Seperti yang diketahui, harga kian melemah karena rendahnya permintaan serta ambruknya harga gas.
Perkiraan terpantau jika harganya masih bisa bertahan pada angka 175 – 212 ton per tahun, kendati tengah dalam kondisi ambruk. Kondisi ini akan bergantung pada perkembangan Negara China dan India sebagai konsumen terbesarnya.
July Ndlovu menyampaikan bahwa, ke depannya apapun yang terjadi dengan China dan India akan mempengaruhi harga energi karena permintaan tetap datang dari sana. Sementara itu, jika keadaan ekonomi China tidak kunjung membaik harga akan semakin memburuk.
Perkiraan atau analisis berdasarkan seberapa besar Negara tersebut sebagai konsumen terbesar di dunia. Berbeda dengan China, kawasan Eropa sudah tidak akan terlalu memperdulikan harga batu bara seiring melemahnya harga gas.
Di Eropa harga alamnya menyentuh pada angka 25,4 euro per MWh dari ambruk 8,4 % seharinya menjadi 14,6 % dalam sepekan. Semakin turun, maka batu bara akan semakin ditinggalkan di Eropa.
Pilihan Trader Merugi atau Bertahan
Adanya penurunan yang sangat menonjol dari tahun ini membuat sejumlah trader harus memilih satu keputusan bijak. Apakah akan menunggu sampai pada keadaan membaik dan membuat peningkatan keuntungan atau sebaliknya. Seperti laporan S&P Global Commodity Insights, jika sejumlah trader Eropa mulai merencanakan untuk menjual batu bara kepada pembelinya area Asia.
Hal tersebut dikarenakan permintaan dari kawasan tersebut ambruk, sementara pada sisi lain cadangannya menumpuk harus segera dikeluarkan secepatnya. Sehingga trader di kawasan Eropa menghadapi pilihan apakah mereka akan merugi atau kualitas batu bara terus menurun.
Di sisi lain menurut riset Indo Premier Sekuritas menyampaikan, jika kondisi investasi batu bara di Indonesia mengalami penurunan tajam selama satu bulan terakhirnya sebesar 11 – 37 % persennya.
Tentunya hal tersebut membuat trader bimbang, karena akan berisiko tetap pada sektor ini dengan penurunan laba di kuartal dua dan tiga tahun 2023 ini. Melihat bagaimana menurunnya semakin parah akan membuat kualitasnya juga semakin memburuk.
Bahkan sebagian perusahaan tambang sudah memulai produksi setelah selesainya perayaan Imlek kemarin, tetapi permintaan akan hal tersebut masih berjalan lambat. Hasilnya membuat beberapa urusan ikut melemah dan lamban.
Komoditas gas dan batu bara merupakan dua sumber daya alam yang sangat penting untuk kebutuhan sehari – hari. Adannya penurunan harga yang sangat ambruk membuat kekhawatiran tingkat tinggi bagi beberapa perusahaan maupun negara. Namun, jika ingin bertahan dengan melihat peluang sekecilnya naik secara bertahap bukanlah suatu masalah buruk.