Harga minyak mentah terus mengalami penurunan. Ini membuat tren buruk yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir terus berlanjut. Sebelumnya harga minyak sendiri memang sudah anjlok cukup signifikan.
Di sesi sebelumnya, penurunan harga minyak mencapai sekitar 5 persen. Ada banyak hal yang menyebabkan situasi anjlok terjadi. Di antara banyaknya hal tersebut, salah satu penyebab paling utama adalah kondisi ekonomi AS.
Banyak investor memiliki kekhawatiran dengan kesehatan ekonomi AS tersebut. Jika melihat secara keseluruhan, harga minyak mentah brent sendiri turun sekitar 3,88 persen. Dengan presentase tersebut, minyak mentah brent mengalami penurunan 2,92 dollar AS.
Ini membuat harganya berada di angka 72,4 dollar AS per barel. Sama seperti minyak mentah brent, minyak mentah West Texas Intermediate atau WTI juga mengalami penurunan. Penurunannya adalah sekitar 4,27 persen.
Ini membuat harganya berkurang 3,06 dollar AS dari yang sebelumnya 71,66 dollar AS. Ini menjadikan harga terbaru per barelnya adalah 68,8 dollar AS. Kedua benchmark sendiri akhirnya sudah ditutup.
Penutupan terjadi pada level terendah sejak akhir Maret. Data ini bisa dilihat pada perilisan di sesi sebelumnya. Di waktu tersebut, ada juga penurunan presentase satu hari yang terjadi. Tidak ada yang bisa menyaingi angka penurunan tersebut sejak awal Januari.
Pernyataan dari Analis PVM Oil
Ada pernyataan menarik dari Stephen Brennock selaku analis PVM Oil. Menurutnya kondisi saat ini akan berpengaruh terhadap kebijakan yang diambil Federal Reserve. Ia yakin The Fed pada akhirnya akan memberikan kenaikan pada suku bunga.
Kenaikannya sendiri diperkirakan sekitar seperampat poin lagi. Itu bisa dilakukan hari ini ketika pertemuan masih berlangsung. Ada banyak hal yang bisa menjadi alasan mengapa keputusan tersebut harus diambil.
Tetapi di antara banyaknya alasan tersebut, salah satu yang terkuat adalah karena inflasi. Dengan adanya kenaikan pada suku bunga, inflasi bisa diatasi dalam jangka panjang. Pernyataan dari Brennock tidak berhenti sampai di sana.
Ia juga mengulas tentang kekhawatiran terkait situasi saat ini. Pembahasannya diarahkan pada sektor perbankan AS dan data pekerjaan. Terlihat jelas kalau kedua data tersebut memperlihatkan situasi yang cukup suram.
Dengan adanya kondisi suram tersebut, tidak berlebihan jika menyebut ekonomi AS sedang mendekati jurang resesi. Memang resesi yang terjadi masih bisa dikatakan dangkal. Tetapi jika dibiarkan, permasalahan yang ada bisa terus membesar hingga tidak bisa dibenahi lagi.
The Fed sendiri memang akan mengambil kebijakan terkait suku bunga. Para pelaku pasar nampak satu suara dengan kebijakan suku bunga tersebut. Dipercaya, angka kenaikan suku bunga yang akan diambil The Fed adalah 25 basis poin.
Ini tidak hanya dilakukan oleh The Fed. Sebentar lagi, Bank Sentral Eropa juga akan menaikkan suku bunganya. Hal tersebut dipercaya akan diangkat pada pertemuan yang membahas kebijakan reguler.
Hubungan Kenaikan Suku Bunga dan Pertumbuhan Ekonomi
Kenaikan suku bunga yang terjadi bukan sama sekali tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Bisa dikatakan, adanya kenaikan tersebut bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi di suatu tempat.
Pengaruhnya tidak hanya dirasakan oleh pertumbuhan ekonomi. Ini juga akan berefek pada permintaan energi. Besar kemungkinan, angka permintaan energi tersebut akan ditekan. Regulator sendiri baru-baru ini sudah melakukan penyitaan.
Penyitaan dilakukan pada First Republic Bank. Ini berefek langsung pada penjualan sebagian besar aset. Pihak yang membelinya sendiri adalah JPMorgan Chase & Co. Itu dilakukan pada hari senin lalu ketika membahas kesepakatan yang berhubungan dengan krisis AS.
Kejutan sebenarnya tidak hanya terjadi di Amerika dan Eropa. Kejutan menarik juga terjadi di Australia. Di sana para pelaku pasar terkejut karena pihak Bank Sentral secara tiba-tiba mengambil keputusan untuk menaikkan suku bunga.
Ada juga peringatan tambahan kalau pengetatan lebih lanjut kemungkinan akan diberikan. Hal tersebut mungkin dilakukan sebagai upaya untuk memerangi inflasi.
Sebenarnya harga energi sendiri sedang mengalami tekanan yang cukup parah. Tekanan tersebut terjadi setelah rilis data ekonomi dari China. Pada data tersebut terlihat penurunan yang cukup signifikan pada aktivitas manufaktur.
Pastikan untuk terus memantau situasi terbaru berkaitan dengan kebijakan di dunia keuangan. Ini sangat penting bagi Anda yang ingin aktif di bidang ini.