Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Pudarnya Optimisme Pemulihan, Mata Uang Safe Haven Melambung

Pudarnya Optimisme Pemulihan, Mata Uang Safe Haven Melambung

by Didimax Team

Beberapa jenis mata uang safe haven mengalami peningkatan karena memudarnya optimisme pemulihan. Salah satu yang meningkat ialah mata uang dolar pada Selasa pagi di seputaran Asia.

Data ekonomi yang mengecewakan dari negara China akibat adanya varian Delta Covid-19 secara berkelanjutan menjadi penyebabnya. Selain itu, adanya ketegangan politik di Afghanistan juga mengekang selera risiko pasar.

Hal tersebut memberikan dorongan pada mata uang safe haven AS. Selain itu, The Indeks Dolar AS juga memberikan lacakan greenback terhadap beberapa jenis mata uang lainnya yang tipis yaitu 0,05%.

Hal ini membuat penipisan menuju ke angka 92,668 pada 10.43 ET. Sementara itu, pasangan mata uang lainnya yaitu USD/JPY juga mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen menjadi angka 109,25.

Sementara itu, beberapa mata uang lainnya juga mengalami peningkatan secara tipis. Meskipun demikian, tidak jarang juga ada yang mengalami penurunan akibat adanya optimisme pemulihan yang memudar.

 

Dolar Mengalami Peningkatan

Sebagai salah satu mata uang yang safe haven, dolar memang mengalami peningkatan pada beberapa pekan ini. Meskipun demikian, beberapa pasangan mata uang lainnya juga mengalami penurunan.

Misalkan saja pasangan AUD/USD mengalami penurunan sebesar 0,35 persen menjadi 0,7311. Hal ini terjadi saat Reserve Bank of Australia melakukan rilis terkait dengan pertemuan terbaru pada hari Senin kemarin.

Tidak hanya dolar AS yang mengalami penurunan, NZD/USD juga ikut mengalami penurunan sebesar 0,50 persen menjadi 0,6982. Hal ini terjadi usai Reserve Bank of New Zealand menurunkan keputusan kebijakan.

Sementara itu, jenis pasangan mata uang yang mengalami peningkatan ialah USD/CNY sebesar 0,07 persen ke angka 6,4786. Sementara itu, pasangan GBP/USD turun ke angka 0,19 persen menjadi 1.3824.

Sedangkan, pada jenis mata uang lainnya mengalami penguatan khususnya mata uang safe haven seperti yen terjadap mata uang berisiko. Euro mengalami anjlok terendah sebesar 128,50 sejak Maret 2021 kemarin.

Tidak hanya itu, Franc Swiss juga ikut mendekati level tertinggi Sembilan bulan di 1,0720 pada awal bulan terhadap euro. Sementara itu, terjadi juga pada perdagangan 1,0745 franc terhadap euro.

Seorang ahli strategi senior Daiwa Securities yaitu Yukio Ishizuki juga ikut berkomentar terhadap Reuters. Menurutnya, adanya pergerakan mencerminkan sentiment pasar yang memburuk untuk hal ini.

Sementara itu, para investor juga masih mencerna data dari China yang menyatakan terkait produksi industri dan penjualan ritel. Hal ini terjadi penurunan lebih dibandingkan bulan Juli karena ekonomi dunia melemah.

Selain itu, adanya perkembangan Afghanistan yang dimana Taliban berhasil merebut ibu kota Kabul juga mempengaruhi. Meskipun demikian, dampak langsung dari pasar ini terbatas menurut investor.

USD/JPY Menjadi Stabil

Kantor kabinet Jepang juga merilis data ekspor yang mengalami peningkatan sebesar 37 persen di bulan Juli. Angka ini lebih rendah dibandingkan forecast sebesar 39 persen pada bulan Juni kemarin.

Meskipun demikian, ekspor Jepang juga masih tetap memiliki kinerja positif yang sukses mempertahankan pertumbuhan dua digit. Hal ini bahkan bisa dipertahankan selama lima bulan berturut-turut.

Tidak hanya itu, ekspor ke China sebagai mitra dagang terbesar Jepang juga meningkat sebesar 18,9 persen. Ekspor ini dipimpin oleh peralatan pembuatan chip dan plastik yang dihasilkan oleh Jepang.

Selain itu, peningkatan juga terjadi pada pengiriman produk Jepang ke AS yang meningkat sebesar 26,8 persen. Pengiriman ke AS lebih didominasi oleh ekspor mobil, suku cadang mobil dan motor.

Sementara itu, data impor yang terjadi pada Jepang mengalami kenaikan sebesar 28,5 persen di bulan Juli. Hal ini mematahkan ekspektasi kenaikan sebesar 35,1 persen dan turun dari pertumbuhan 32,7 persen.

Data neraca perdagangan Jepang yang mengalami surplus sebesar 441 miliar Yen pada bulan Juli. Sementara itu, adanya peningkatan signifikan surplus dari bulan Juni yang hanya sebesar 384 miliar yen.

Apiknya perdagangan Jepang ini membuat penguatan permintaan ke luar negeri untuk mendukung aktivitas industri. Akan tetapi, adanya kekurangan bahan baku semi-konduktor secara global menimbulkan kekhawatiran di tengah kasus Corona.

Adanya rilis perdagangan Jepang ini tidak memicu banyak pergerakan Yen versus Dolar AS. USD/JPY saat ini berada sekitar 109, 55, angka ini tidak jauh dari area kenaikan beberapa hari sebelumnya.

KOMENTAR DI SITUS

FACEBOOK

Tampilkan komentar yang lebih lama